
Gitaris  dari grup band asal Yogyakarta, Piyu terpilih sebagai pemilik tunggal  Mercedes Benz C 250 CGI yang bermotifkan batik dalam lelang yang  dilakukan Mercy beberapa waktu lalu. Motif batik ini sendiri memang  sengaja dihadirkan Mercedes Benz Indonesia sebagai apresiasi terhadap  kekayaan budaya Indonesia khususnya dalam seni batik. 
Menurut Piyu yang mengajukan harga tertinggi yaitu Rp 1 miliar,  merasa bangga karena sebagai pengguna mobil kelas premium ini dapat  memiliki satu-satunya mobil yang bercorak batik.  ”Awalnya saya kagum,  kok ada mobil Mercy yang diberikan corak batik. Apalagi dari dulu saya  pengguna sejati Mercy, rasanya klop bisa mendapatkan Mercy dengan motif  batik ini,” imbuh Piyu, disela-sela serah terima sebagai pengaju lelang  tertinggi di Kantor Mercedes Benz Jakarta, Rabu (17/2). 
Karena  merasa takjub dengan corak yang diberikan di seluruh bodi Mercedes C 250  CGI ini, Piyu merasa sayang bila digunakan untuk keseharian. Mungkin  mobilnya ini akan disimpannya dan tak akan dijualnya lagi sebagai  kenang-kenangan sebagi pemilik Mercy Batik.

Sementara  itu, Rudi Borgenheimer Presiden Direktur PT.Mercedes Benz Indonesia  mengungkapkan, dalam rangka memperingati 40 tahun keberadaan Mercedes  Benz di Indonesia  mengangkat budaya batik melalui sebuah karya batik  yang dilukis pada kendaraan Mercedes Benz C 250 CGI. ”Adapun versi batik  ini dirancang oleh perancang busana ternama di Indonesia yaitu  Carmanita yang kami tunjuk sebagi Brand Mercedes untuk industri batik,”  ungkap Rudi. 
Menurut Rudi, sebagian dari hasil lelang ini akan  disumbangkan kepada beberapa lembaga sosial yang ada di Jakarta.  Apalagi, untuk harga resmi Mercedes C 250 CGI hanya sekitar Rp 650 juta.  “Sedangkan dari Mercedes internasional sendiri, juga sudah  menyumbangkan dana sebesar 2,4 juta Euro untuk membantu industri batik  di Indonesia.
"Apalagi saat ini budaya batik menjadi kekayaan  budaya Indonesia yang sangat terkenal hingga ke dunia internasional yang  kemudian ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan  Nonbendawi oleh Unesco tanggal 2 Oktober 2009 lalu,” tambah Rudi.
 
0 comments:
Post a Comment