abah penculikan mahasiswa juga terjadi di Malang, Jawa Timur. Dua keluarga sudah mengaku secara terbuka kehilangan kontak dengan dua mahasiswa sebuah PTS di Malang, masing-masing bernama Mahatir Rizki (19) asal Bima, NTB, dan Agung Perdana (19) asal Gresik, Jawa Timur. Humas Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) malah mengaku sejak 2008 sudah 15 mahasiswa terhitung jadi korban.

Nasrullah, Kepala Humas UMM, menjelaskan, meski berkedok sebagai proses perekrutan anggota Negara Islam Indonesia (NII), oleh sebuah rantai organisasi yang tidak cukup jelas namun nyata ada, akhirnya para korban dibujuk untuk menyetorkan uang sebagai zakat atau sedekah pada NII.

Seorang korban bisa mengeluarkan uang Rp 2,5 juta hingga Rp 30 juta. Para korban mahasiswa ini direkrut oleh kawan-kawannya, sesama anggota suatu kelompok kegiatan, yang disebut mentoring, kegiatan pembimbingan mahasiswa baru di awal studi.

"Ini sudah mewabah di sejumlah kota, sudah jadi laporan jurnalistik sebuah stasiun televisi. Sejauh ini para korban berhasil selamat, muncul kembali, tidak ada korban jiwa," kata Nasrullah.

Hanya saja senantiasa ada laporan korban uang, yang berasal dari permintaan korban kepada orangtua korban untuk disetorkan kepada entah siapa di organisasi NII yang tidak jelas itu. "Alasan yang digunakan para mahasiswa untuk minta uang dengan paksa karena mengaku telah menghilangkan laptop teman, sehingga minta uang pada keluarga atau orangtua," katanya.

Ismed Jayadi (40), keluarga Mahatir Rizki yang datang dari Bima ke Malang untuk mencari Rizki yang kini tak jelas keberadaannya, sudah melaporkan soal ini kepada Polresta Malang.

"Sudah sebulan ini keluarga kami melapor. Namun, tidak ada perkembangan kondisi Rizki saat ini. Informasi yang kami himpun dari teman-temanya, Rizki menghilang bersama Agung. Sebelum ini, teman-teman Agung yang jadi korban karena diminta uang oleh Agung memukuli Agung dan berhasil mendapatkan foto dua orang yang merekrut Agung sebagai anggota NII," katanya.

Ismed menyesalkan, UMM dan Polresta Malang telah mengetahui bahasa ini sejak pertama kali kasus-kasus ini bermunculan tahun 2008, namun tidak mengungkap secara luas kepada publik. Padahal korbannya para mahasiswa UMM cukup banyak bagi kampus bertindak. "Bahkan kami sebagai orangtua tidak dihubungi pihak kampus," kata Ismed.

Hari Selasa (19/4/2011), Ismed bertemu dengan Pembantu Rektor III UMM Djoko Widodo. Joko menjelaskan, pihaknya sudah berkomunikasi dengan sesama PR III berbagai kampus, dan gejala ini dilaporkan muncul juga di Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Airlangga (Unair).

Menurut Nasrullah, tahun 2008 pihaknya menemukan tiga mahasiswa UMM jadi korban, membayar puluhan juta rupiah setelah mengikuti acara baiat oleh NII di Jakarta.

Seorang di antaranya akhirnya drop out karena demikian sulit untuk dikembalikan menjadi berkepribadian sosial yang normal. Tahun 2011 muncul sembilan kasus serupa.

"Meski demikian, sejauh ini, para mahasiswa bisa kembali bergaul secara sosial meski dikatakan telah mengikuti indoktrinasi NII," kata Nasrullah.

KOMPAS.com

0 comments:

Post a Comment

 
Top